Menjaga Eksistensi Kebudayaan Jawa
Era global yang melanda seluruh negara; termasuk
Bahasa Jawa merupakan bahasa tua (abad V11-sekarang); ioa digunakan 40% masyarakat
Patut Didukung
Melihat kondisi memperihatinkan tersebut, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jawa Tengah mengambil langkah bijaksana, yaitu memasukan bahasa Jawa ke dalam kurikulum sekolah. Bahasa Jawa menjadimata pelajaran pokok untuk semua siswa, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas. Langkah tersebut patut dan harus didukung oleh stakeholders, agar anak cucu kita kelak tidak kehilangan bagian dari kebudayaannya. Kiranya semua pihak untuk sementara waktu ini pantas bersyukur, karena langkah tersebut mendapat dukungan dari beberapa pihak. Bentuk dukungan itu antara lain, dibukanya jurusan bahasa Jawa pada Fakultas Pendidikan Bahaa dan Seni (FPBS) di berbagai universitas keguruan dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Lewat pendidikan di LPTK, diharapkan setiap tahun tersedia guru bahasa Jawa yang kapabel dan memiliki kompetensi tinggi. Semakin banyak guru yang menguasai bahasa Jawa, diharapkan para siswanya yang akan menjadi generasi penerus dapat dengan mudah memelajari bahasa Jawa, dan suatu saat mampu menggunakannya sebagai media komunikasi dengan baik dan benar. Selain itu, masyarakat yang merasa belum mampu berbicara bahasa Jawa dengan baik dan benar, diharapkan memiliki kesadaran untuk terus belajar dan berlatih. Jika sedikit demi sedikit masyarakat mulai menggunakan bahasa Jawa , secara perlahan keberadaan bahasa Jawa akan terus terjaga dan berkembang. Dalam konteks kebahasaan ini, saya tak bermaksud membandingkan kelebihan atau kelemahan bahasa Jawa dengan bahasa lainnya. Hanya saja, saya ingin memberikan kesan bahwa bahasa Jawa tidak se-katrok seperti yang ditudingkan saat ini. Masyarakat hanya dituntut untuk bias menempatkan diri dengan bahasa yang digunaskan secara kontekstual, sesuai dengan lingkup pemakainya. Setidaknyajika berada dilingkungan komunitas masyarakat jawa, bahasa Jawa dapat digunakan sebagai media komunikasi, karena dengan begitu bahasa Jawa dapat membudidaya dengan sendirinya.(Nailis Suraya Publikasi Suara Merdeka)